Minggu, 21 Juni 2009

Askep Tumor Otak

KONSEP PENYAKIT

Pengertian

Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.

Etiologi

  1. Riwayat trauma kepala
  2. Faktor genetik
    1. Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik
    2. Virus tertentu

Patofisiologi

Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial).

Tumor otak menyebabkan terjadi karena:

Oedema otak Peningkatan massa Obstruksi cairan

otak cerebrospinal jadi meningkat

Perubahan suplai Hidrosefalus

Darah ke otak Kompensasi

  1. Vasokontriksi pemb.drh otak
  2. Mempercepat absorpsi

Cairan serebrospinalis meningkat & menyebabkan :

Nekrosis jaringan

Kehilangan fungsi Gagal secara akut

Kejang Peningkatan TIK Nyeri

Perubahan perfusi jaringan otak

  1. Nyeri kepala
  2. Mual muntah proyektil Defisit knowledge
  3. Hipertensi
  4. Bradikardi
  5. Kesadaran menurun

Klasifikasi

Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :

1. Jinak

  • Acoustic neuroma
  • Meningioma
  • Pituitary adenoma
  • Astrocytoma (grade I)

2. Malignant

  • Astrocytoma (grade 2,3,4)
  • Oligodendroglioma
  • Apendymoma

3. Berdasarkan lokasi

  1. Tumor intradural

Ekstramedular

  1. Cleurofibroma
  2. Meningioma

Intramedular

  1. Apendymoma
  2. Astrocytoma
  3. Oligodendroglioma
  4. Hemangioblastoma

2. Tumor ekstradural

Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru – paru, ginjal dan lambung.

Manifestasi Klinis

1. Nyeri kepala

Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktifitas, yang biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.

2.Nausea dan muntah

Akibat rangsangan pada medula oblongata

3.Papiledema

Stasis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

  1. Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan – bahan kimia yang bersifat carcinogenik.
  2. Identifikasi tanda dan gejala yang dialami: sakit kepala, muntah dan penurunan penglihatan atau penglihatan double.
  3. Identifikasi adanya perubahan perilaku klien.
  4. Observasi adanya hemiparase atau hemiplegi.
  5. Perubahan pada sensasi: hyperesthesia, paresthesia.
  6. Observasi adanya perubahan sensori: asteregnosis (tidak mampu merasakan benda tajam), agnosia (tidak mampu mengenal objek pada umumnya), apraxia (tidak mampu menggunakan alat dengan baik), agraphia (tidak mampu menulis).
  7. Observasi tingkat kesadran dan tanda vital.
  8. Observasi keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
  9. Psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
  10. Laboratorium:
  1. Jika tidak ada kontraindikasi: lumbal puncti.
  2. Fungsi endokrin

11. Radiografi:

  1. CT scan.
  2. Electroencephalogram
  3. C – ray paru dan organ lain umtuk mencari adanya metastase.

Diagnosa Keperawatan

  1. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
  2. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
  3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d ketidakmampuan mengenal informasi.

Rencana Intervensi

1. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.

Data penunjang : perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vital.

Kriteria hasil : Tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan, tidak adan tanda – tanda peningaktan TIK.

Intervensi

Rasional

  • Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar.
  • Pantau tanda vital tiap 4 jam.
  • Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200-300.
  • Pantau ketat pemasukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan membran mukosa.
  • Bantu pasien untuk menghindari / membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses yang dipaksakan / mengejan.
  • Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya.
    • Mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadran dan potensial peningaktan TIK dan bermanfaat dalam menentukan okasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.
    • Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil. Kehilanagn autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal dan menyeluruh.
    • Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.
    • Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan.
  • Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks dan intra abdomen yang dapat meningkatkan TIK.
  • Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya penekanan TIK atau mennadakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verb

2. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.

Data penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku tidak terarah/hati – hati, insomnia, perubahan pola tidur.

Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, klien menunjukkan perilaku

untuk mengurangi kekambuhan.

Intervensi

Rasional

  • Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan.
  • Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.
  • Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
  • Berikan kompres dingin pada kepala.
  • Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
  • Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami
  • .Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
  • Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d ketidakmampuan mengenal informasi.

Data penunjang: Klien dan keluarga meminta informasi, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku yang tidak tepat.

Kriteria hasil: Klien/keluarga mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan pengobatan, memulai perubahan perilaku yang tepat.

Intervensi

Rasional

  • Diskusikan etiologi individual dari sakit kepala bila diketahui.
  • Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi.
  • Diskusikan mengenai pentingnya posisi/letak tubuh yang normal.
  • Diskusikan tentang obat dan efek sampingnya.
  • Mempengaruhi pemilihan terhadap penanganan dan berkembnag ke arah proses penyembuhan.
  • Menghindari/membatasi faktor-faktor yang sering kali dapat mencegah berulangnya serangan.
  • Menurunkan regangan pada otot daerah leher dan lengan dan dapat menghilangkan ketegangan dari tubuh dengan sangat berarti.
  • Pasien mungkin menjadi sangat ketergantungan terhadap obat dan tidak mengenali bentuk terapi yang lain.

Daftar Pustaka :

Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar