Minggu, 21 Juni 2009

MORBUS HANSEN (Kusta, Lepra)

PENGERTIAN

Adalah penyakit infeksi kronis yg disebabkan oleh mycobacterium leprae, pertama kali menyerang saraf tepi, setelah itu menyerang kulit dan organ-organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat

ETIOLOGI

Mycobacterium Leprae yg ditemukan pertama kali oleh akmuer Hasen di norwegia

INSIDEN

  • Dapat terjadi pada semua umur, tapi jarang ditemukan pada bayi
  • Laki-laki lebih banyak dibanding wanita
  • Diperkirakan penderita didunia ± 10.596.000 dan di Indonesia ± 121.473 Orang (data th 1992)

PENULARAN

  • Cara penularannya belum diketahui dengan jelas
  • Tapi diduga menular melalui salura pernapasan (droplet infection)
  • Pendapat lain mengatakan bhw penularannya melalui kontak langsung, erat dan berlangsung lama
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit morbus hansen adalah Umur, Jenis kelamin, Ras,Genetik, Iklim, Lingkungan/sosio ekonomi, Kekekbalan –> (± 93 – 95 % kekebalan pada penyakit lepra)

GAMBARAN KLINIS

Dapat menyerang kulit, saraf, otot, ras, mata, jantung, testis

  • Pada kulit –> tdp makula yg hipopigmentasi yg kurang rasa/tidak rasa, kulit kering dan pecah-pecah, terjadi madarosis
  • Pada saraf –> Sensoris : hipestesi/anastesi –> ulkus
  • Motoris : Paralisa otot, atropi otot dan kontraktur
  • Otonom : gangguan pengeluaran keringat
  • Penebalan saraf tepi
  • Testis –> orchitis
  • Mata –> Keratitis, iridosiklitis

Secara umum permukaan tubuh yang sering diserang adalah permukaan tubuh yang memiliki sushu yg rendah seperti : muka, telinga, hidung dan ekstremitas

Tanda-tanda khas pada makula adalah 5 A (anastesi, achromi,atropi,anhidrosis, alopesia)

KLASIFIKASI

Tujuan Kalsifikasi adalah:

  1. penentuan prognosis
  2. penentuan terapi
  3. penentuan kriteria bebas dari obat dan pengawasan
  4. mengantisipsi terjadinya reaksi
  5. penyeragaman secara internasional –> kepentingan epidemiologis

Beberapa klasifikasi MH antara lain

1. Klasifikasi InternASional Madrid (1953)

  • Lepromatous ( L)
  • Tuberculoid (T)
  • Indeterminate (I)
  • Borderline (B)

2. Klasifikasi Ridley Jopling (1962)

  • TT, BT, BB, BL, LL

3. Klasifikasi WHO (1981)

  • Paucibacillary : BI –> Negatif
  • Multibacillary –> Positif

BACTERIOSKOPIS

Secara mikroskopis dapat ditemukan

  • Batang utuh (solid)
  • Batang terputus (fragmented)

BACTERIAL INDEKS (BI)

Uukuran semi kuantitatif kepadatan basil kusta dari sediaan kulit yang diperiksa. Yang dihitung adalah jumlah rata-rata dari basil hidup dan mati yang diambil dari beberapa tempat

Kegunaan BI adalah:

  1. Membantu menegakkan diagnosis
  2. Membantu menetukan klasifikasi atau membantu menentukan tipe kusta
  3. Membantu menilai berat ringannya daya infeksi pada kulit dan bukan untuk menentukan/ menilai hasil pengobatan tang efektif

MORPHOLOGIKAL INDEKS

Adalah merupakan prosentase basil kusta yang bentuk solid dibanding semua hasil yg dihitung

Kegunaan MI

  1. membantu kemajuan pengobatan/menilai efektifitas obat-obatan
  2. menentukan resistensi basil terhadap obat, serta dapat menular atau tidaknya kusta

TES LEPROMIN

Menentukan klasifikasi dan tipe kusta

Dikenal ada 2 macam lepromin yaitu:

  1. lepromin mitsuda H
  2. lepromin dharmendra

reaksi kulit thd pembacaan lepromin yaitu:

  1. reaksi dini (reaksi fernandes –> terbentuk infiltrasi eritematosa yang timbul 24-72 jam setelah penyuntikan. Pembacaan biasa dilakukan 48 jam setelah penyuntikan. Hasil dinyatakan (-) sampai positif 3 (+3)
  2. reaksi lambat (reaksi mitsuda) –> terbentuk nodular pada hari 21-30. reaksi ini menunjukkan respon thd imunitas sellular. Pembacaan dilakukan pada hari ke 21

DIAGNOSIS

Untuk mendiagnosis penyakit kusta diperlukan tanda-tanda utama (cardinal sign) yaitu:

  1. bagian kulit dengan hipopigmentasi atau eritematous dengan kehilangan sebagian (hipestesi) atau seluruh (anastesi dari perasaan kulit thd rasa suhu, nyeri dan sentuh
  2. kerusakan (penebalan atau nyeri) dari saraf kutan atau saraf perifer pada tempat-tempat predileksi
  3. smear kulit yang diambil dengan tekhnik standar menunjukkan adanya kuman dengan morfologi M. Leparae yang khas

dibutuhkan minimal satu tanda cardinal untuk mendiagnosa penyakit Morbus Hansen

PENGOBATAN

Jenis-jenis obat kusta:

  • obat primer : dapsone, clofasimin, rifampisin, etionamide, prothionamide
  • obat sekunder: INH, streptomycine

Dosis menurut rekomendasi WHO

a. Kusta Paubacillary (tipe I, BT, TT)

  1. Dapsone : 1 x 100 mg tiap hari
  2. Rifampisin : 1 x 600 mg tiap bulan

Pengobatan harus diberikan 6 bulan berturut-turut atau 6 dosis dalam 9 bulan dan diawasi selam 2 tahun

b. Kusta Multibacillary (tipe BB, BL, LL)

  1. Dapsone : 1 x 100 mg tiap bulan
  2. Rifampisin : 1 x 600 mg tiap hari
  3. Clofazimine : 1 x 300 mg tiap bulan (hari pertama) kemudian dilajutkan dengan 1 x 50 mg/hari

Pengobatan 24 bulan berturut-turut dan diawasi ± 5 tahun

PROSES KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

  • Riwayat kesehatan sebelumnya
  • Bentuk lesi
  • Adakah tanda-tanda infeksi
  • Adakah nyeri
  • Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama
  • Sudahkah pasien berobat untuk menyembuhkan lesi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. resiko terhadap penularan infeksi
  2. kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab infeksi, tindakan dan pencegahan

TUJUAN

  1. pencegahan penularan infeksi
  2. pengatahuan tentang penyakit dan tindakannya

INTERVENSI

1. Mencegah penularan infeksi

  • Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
  • Mengisolasi pasien bila memungkinkan

2. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit

  • Berikan penjelasan tentang penyakit yang dialami
  • Jelaskan tentang pengobatan penyakit yitu dalam jangka waktu yang lama  membutuhkan ketekunan dan kesabaran

EVALUASI

  1. menggunakan metode yang tepat untuk penyebaran infeksi
  2. mendapatkan pengetahuan tentang penyakitnya

Sumber

http://iwansaing.wordpress.com/2009/06/09/morbus-hansen/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar