Senin, 15 Juni 2009

PATOFISIOLOGI GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN

May 15th, 2009 | Posted in Asuhan Keperawatan, KDM

PATOFISIOLOGI GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN

sistem-endokrin

• Ingat ? fungsi sistem endokrin kompleks dan rumit mencakup mekanisme kerja hormonal dan mekanisme umpan balik yang negatif mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.
• Secara umum, gangguan fungsi sistem endokrin dapat terjadi diakibatkan oleh proses peradangan (imflamasi), tumor/keganasan (neoplasma), degenerasi dan idiopatik (tidak dapat diidentifikasi).
• Dampak yang timbul akibat kondisi patologis tersebut di atas terhadap kelenjar endokrin dapat berupa :
? Perubahan bentuk kelenjar tanpa disertai perubahan sekresi hormonal
? Peningkatan sekresi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin (sering disebut hiperfungsi kelenjar)
? Penurunan sekresi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin (sering disebut hipofungsi kelenjar)
• Adanya hubungan timbal baik antar kelenjar hipofise sebagai master of glands dengan kelenjar targetnya, hipofise terhadap hipotalamus serta jaringan atau organ sasaran dengan kelenjar target ?

memungkinkan menjadi penyebab dari suatu kasus dapat lebih dari satu.
• Penyebab yang bersifat primer ? bila permasalahannya ada pada kelenjar penghasil hormon itu sendiri.
• Penyebab sekunder ? bila permasalahannya ada pada kelenjar di atasnya (kelenjar target)
• Penyebab tertier ? bila permasalahannya ada di luar penyebab primer dan sekunder, misalnya penggunaan obat-obatan tertentu atau kelainan pada organ tubuh tertentu yang dapat mempengaruhi fungsi kelenjar.
• Untuk pemahaman yang lebih baik tentang patofisiologi berbagai kelainan endokrin, ada 2 hal yang harus dipahami dengan baik, yaitu :
? Efek dari setiap hormon yang dihasilkan kelenjar endokrin terhadap jaringan endokrin dan terhadap jaringan/organ sasarannya
? Fungsi jaringan/organ sasaran dari setiap hormon

• PENGKAJIAN UMUM SISTEM ENDOKRIN
• Pengkajian cukup sulit dikarenakan fungsi kelenjar adrenal yang rumit dan kompleks sehingga akan ditemukan gambaran klinis atau tanda yang sangat bervariasi. Dalam pengkajian sistem endokrin ini, perlu dilakukan secara teliti, sistematis serta memahami dengan baik fisiologi dari setiap hormon.
• Secara umum informasi dikumpulkan dari klien maupun keluarga tentang riwayat penyakit dan kesehatan yang akan menjadi dasar pemeriksaan fisik dan perencanaan keperawatan, yang dilaksanakan secara komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual.
• Secara umum data penting yang harus digali antara lain :
• Data demografi
• Usia
• Jenis kelamin
• Tempat tinggal ? dataran tinggi, dataran rendah dan daerah berpolusi (terutama pada masa kanak-kanak)

• Riwayat kesehatan keluarga
• Obesitas
• Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
• Kelainan pada kelenjar tiroid
• Diabetes mellitus
• Infertilitas

• Riwayat kesehatan dan keperawatan klien
• Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, mis : amenorhoe, buah dada tidak berkembangan, bulu/rambut tidak tumbuh, dll.
• Berat badan tidak sesuai dengan usia, mis : selalu kurus meskipun banyak makan, dll.
• Gangguan psikologis, mis : mudah marah, sensitif, sulit bergaul, tidak mampu berkonsentrasi, dll.
• Hospitalisasi
• Penggunaan obat-obatan sekarang dan dimasa lalu

• Riwayat diit
• Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen
• Penurunan atau penambahan berat badan yang drastis
• Selera makan yang menurun atau berlebihan
• Pola makan dan minum sehari-hari
• Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi endokrin

• Status sosial ekonomi
• Kualitas pengelolaan pendapatan dalam suatu nilai tertentu
• Bagaimana klien dan keluarga memperoleh makanan sehat dan bergizi
• Upaya mendapatkan pengobatan bila klien dan keluarga sakit
• Upaya mempertahankan kesehatan klien dan keluarga tetap optimal

• Masalah kesehatan sekarang (disebut juga Keluhan utama)
• Apa yang dirasakan klien
• Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau perlahan serta sejak kapan dirasakan
• Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktifitas hidup sehari-hari
• Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urine
• Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi
• Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien
• Identifikasi hal-hal yang berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum, meliputi :
o Tingkat energi ? perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal
o Pola eliminasi dan keseimbangan cairan ? disfungsi ADH, aldosteron dan kortisol
o Pertumbuhan dan perkembangan ? disfungsi GH, kelenjar tiroid dan kelenjar gonad
o Seks dan reproduksi ? disfungsi TSH, LH, kelenjar tertis, kelenjar ovarium
• Pemeriksaan fisik (data fokus)
o Inspeksi
• Penampilan umum klien ? kelemahan berat, sedang dan ringan; bentuk dan proporsi tubuh
• Pemeriksaan wajah ? fokus pada abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi wajah
• Amati lidah klien terhadap kelainan bentuk dan penebalan, ada tidaknya tremor pada saat diam atau bila bergerak ? biasa terjadi pada klien dengan gangguan tiroid
• Daerah leher ? amati bentuk leher dan kesimetrisannya, distensi vena jugularis (kelebihan cairan atau kegagalan jantung), warna kulit sekitar leher (bersisik dan ptechiae pada klien hiperfungsi adrenokortikal)
• Hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut ? hipofungsi kelenjar adrenal
• Bufflow neck atau leher/punuk kerbau ? hiperfungsi adrenokortikal
• Perubahan tanda seks sekunder ? keadaan rambut axilla dan dada (hirsutisme = pertumbuhan rambut yang berlebihan pada wajah dan dada wanita), buah dada (bentuk, ukuran, kesimetrisan, pigmentasi dan ada tidaknya pengeluaran cairan)
• Abdomen ? bentuk (cembung akibat penumpukan lemak centripetal = hiperfungsi adrenokortikal)
• Genitalia ? amati kondisi skrotum dan penis, juga klitoris dan labia terhadap kelainan bentuk

o Palpitasi
• Kelenjar tiroid ? secara normal tidak teraba
• Kelenjar istmus ? umumnya tidak teraba, tetapi dapat diraba bila klien menengadahkan kepala
• Kelenjar testis ? dipengang dengan lembut dan tangan perawat dalam keadaan hangat, bandingkan yang satu dengan yang lain terhadap ukuran/besarnya, kesimetrisan, konsistensi dan ada tidaknya nodul. Normalnya testis teraba lembut, peka terhadap sinar dan kenyal seperti karet

o Auskultasi
• Daerah leher ? mengidentifikasi “bruit” (bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea). Dalam keadaan normal tidak terdengar, tapi bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid akan terdengar sebagai dampak peningkatan aktifitas kelenjar tiroid
• Jantung ? perubahan pada pembuluh darah, tekanan darah jantung, ritme dan rate jantung dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan perubahan metabolisme tubuh.

• Pengkajian psikososial ? perubahan persepsi, ketrampilan koping klien, dukungan keluarga, teman dan handai taulan serta keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

• Pemeriksaan diagnostik
? Kelenjar hipofise
• Foto tengkorak (cranium) ? melihat kondisi sella tursika, apakah ada tumor atau atropi
• Foto tulang (osteo) ? untuk melihat kondisi tulang pada klien gigantisme, akromegali, dwarfisme, dll
• CT Scan otak ? melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atau hipotalamus.
• Kadar GH ? normal 10 ?g pada anak dan orang dewasa, pada bayi dibulan-bulan pertama kelahiran meningkat. Spesimen adalah darah vena ± 5 cc
• Kadar TSH ? nilai normal 6-10 ?g, untuk menentukan apakah gangguan tiroid bersifat primer atau sekunder. Spesimen adalah darah vena ± 5 cc
• Kadar ACTH ? pengukuran dilakukan dengan test supresi deksametason. Spesimen yang diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc an urine 24 jam. Hasil normal bila ACTH menurun kadarnya dalam darah, kadar kortisol <>

? Kelenjar tiroid
• Up take Radioaktif (RAI) ? mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap iodida. Normalnya 10-35%, <> 35% disebut meninggi yang dapat ditemukan pada tirotoxikosis dan defisiensi jodium
• T3 dan T4 serum ? nilai normal pada orang dewasa : jodium bebas 0,1-0,6 mg/dl, T3 0,2-0,3 mg/dl dan T4 6-12 mg/dl. Nilai normal pada bayi dan anak : T3 180-240 mg/dl
• Up take 3 resin ? mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau Tiroid Binding Globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas meningkat. Peningkatan ini dapat terjadi pada klien hipertiroidisme dan menurun pada hipotiroidisme. Spesimen darah vena ± 5 cc setelah puasa selama 6-8 jam. Normal : dewasa 25-35% dan pada anak umumnya tidak ada
• Protein Bound Iodine (PBI) ? mengukur jodium yang terikat dengan protein plasma. Normal 4-8 mg% dalam 100 ml darah. Spesimen darah vena 5-10 cc setelah dipuasakan selama 6-8 jam
• Laju metabolisme basal (BMR) ? mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh di bawah kondisi basal selama beberapa waktu. Normal -10 s/d 15%.
• Scaning thyroid
• Radio Iodine Scanning ? menentukan apakah nodul tiroid tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin. Panas menyebabkan hipersekresi dan jarang bersifat ganas, sedangkan dingin (20%) adalah ganas
• Up take Iodine ? digunakan untuk menentukan pengambilan jodium dari plasma. Normal 10-30% dalam 24 jam

? Kelenjar paratiroid
• Percobaan Sulkowitch ? untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine sehingga dapat diketahui aktifitas kelenjar paratiroid. Bila pada percobaan tidak terdapat endapan maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5 m/dl. Endapan sedikit (fine white cloud) menunjukan kadar kalsium darah normal (6 mg/dl). Bila endapan banyak, kadar kalsium tinggi
• Percobaan Ellwort-Howard ? percobaan didasarkan pada diuresis fosfor yang dipengaruhi oleh parathormon. Diuresis fosfor 5-6 x nilai normal pada hipoparatiroid, sedangkan pada hiperparatiroid diuresis fosfornya tidak banyak berubah
• Pemeriksaan radiologi ? bertujuan untuk melihat adanya kemungkinan kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis.
• Pemeriksaan ECG ? untuk mengidentifikasi kelainan gambaran ECG akibat perubahan kadar kalsium serum terhadap otot jantung. Pada hiperparatiroid akan dijumpai gelombang Q-T yang memanjang, sedangkan pada hipoparatiroid interval Q-T mungkin normal
• Pemeriksaan EMG ? untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot akibat perubahan kadar kalsium serum.

? Kelenjar pancreas
• Pemeriksaan glukosa
• Kadar gula darah puasa ? bertujuan untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam. Nilai normal dewasa 70-110 mg/dl, bayi 50-80 mg/dl dan anak-anak 60-100 mg/dl. Spesimen darah vena ± 5-10 cc
• Gula darah 2 jam setelah makan (PP = Post Prandial) ? untuk menilai kadar gula darah 2 jam setelah makan.

? Kelenjar adrenal
• Haemokonsentrasi darah ? nilai normal dewasa wanita 37-47%, dewasa pria 45-54%, anak-anak 31-43%, bayi 30-40% dan neonatal 44-62%. Spesimen darah diambil dari perifer melalui pungsi intravena.
• Pemeriksaan elektrolit (Na, K, Cl) ? nilai normal Natrium 310-335 mg (13,6-14 meq/lt), Kalium 14-20 mg% (3,5-5,0 meq/lt) dan Clorida 350-375 mg (100-106 meq/lt). Pada hipofungsi adrenal ditemukan keadaan hipernatremia dan hipokalsemia, sedangkan pada hiperfungsi adrenal akan ditemukan keadaan sebaliknya yaitu hiponatremia dan hiperkalsemia.
• Percobaan Vanil Mendelic Acid (VMA) ? untuk mengukur katekolamin dalam urine. Specimen urine 24 jam. Nilai normal 1-5 mg.
• Stimulasi test ? untuk mengevaluasi dan mendeteksi hipofungsi adrenal. Dapat dilakukan terhadap kortisol dengan pemberian ACTH atau stimulus terhadap aldosteron dengan pemberian sodium.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar